Menurut Gabenor Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam mengulas kejatuhan berterusan nilai Rupiah berbanding Dolar dan perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian dan mempengaruhi keadaan dalam negara di Republik Indonesia.Ketidak tentuan ekonomi global dengan risiko stagflasi seiring dengan kenaikan kadar faedah di bank-bank pusat seluruh dunia ditengah-tengah keadaan ekonomi yang sedang melalui pemulihan pasca pandemik Covid-19 .
Pada bulan Jun,inflasi Indonesia mencatatkan kadar 4.35% year on year (yoy) tertinggi dalam tempoh 5 tahun yang menjadi petunjuk daya beli masyarakat yang lemah, dan data indeks keyakinan konsumer (IKK) yang akan dikeluarkan menjadi perhatian utama pelabur.
Pada bulan lalu Bank Indonesia menerbitkan hasil Tinjauan Pengguna. Menurut laporan tinjauan itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Mei 2022, yang bertepatan dengan jatuhnya Hari Raya Aidil Fitri, berada di 128.9. Naik lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya iaitu 113.1 dan menjadi rekod tertinggi.
Dengan inflasi yang tinggi bulan lalu, tentunya memberi kesan pada keyakinan pengguna. Jika menunjukkan data tersebut menunjukan penurunan maka ia akan menjadi berita yang kurang baik sebab, semakin tinggi IKK, pengguna akan lebih cenderung untuk berbelanja yang akan memberi kesan pada pertumbuhan ekonomi. Begitu juga sebaliknya.
Belanja isi rumah merupakan penyumbang terbesar produk domestik bruto (PDB) berdasarkan pengeluaran, dengan nilai mencapai 53.65% di Quarter 1-2022.
Ketika pengguna di Republik Indonesia mengurangkan perbelanjaan mereka, ia memberi kesan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apatah lagi SOP Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kembali dinaikkan menjadi level 2, yang tentunya lebih membataskan kegiatan harian dan ekonomi masyarakat Indonesia.